Jumat, 24 Juli 2020

KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA (HABIS)


6. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di Dahanapura (Daha), yang menjadi bagian Kota Kediri sekarang. Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, Daha, sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat ini.

Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :

1. Sri Jayawarsa
2. Sri Bameswara
3. Prabu Jayabaya (Raja yang paling Berjaya)
4. Sri Sarwaswera
5. Sri Aryeswara
6. Sri Gandra
7. Sri Kameswara
8. Sri Kertajaya

Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.

Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M).

7. Singasari

Kerajaan Singasari  adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singasari, Malang. Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.

Versi Pararaton
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
2. Anusapati (1247 - 1249)
3. Tohjaya (1249 - 1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 - 1292)

Versi Nagarakretagama
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
2. Anusapati (1227 - 1248)
3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
4. Kertanagara (1254 - 1292)

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.

Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Keruntuhan
Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari. Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

8. Majapahit

Kemaharajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di bumi pulau Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik.

Kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar ialah sebagai berikut.
  • Letak Majapahit secara geografis sangat baik, yaitu di tengah-tengah wilayah Indonesia, sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan Indonesia baik secara politik maupun ekonomi.
  • Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari, sehingga hubungan dengan dunia luar sangat mudah.
  • Tanahnya subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil pertanian utamanya beras dan kacang-kacangan.
  • Sebelum Majapahit telah adanya kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya, khususnya Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan pelaksanaannya sebagian telah dilakukan.
  • Timbulnya tokoh-tokoh negarawan seperti R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada yang melaksanakan gagasan Nusantara dengan “Sumpah Palapa”nya.
  • Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah makin lemah setelah serangan dari Cholamandala; sedangkan Kediri makin lemah akibat siasat yang dilakukan oleh R. Wijaya.
  • Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi perintang. Kerajaan Cholamandala di India dan dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar besarnya meninggal.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Majapahit adalah sebagai berikut. Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Majapahit hingga runtuh antara lain:
  • Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
  • Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg (1401– 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478).
  • Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan
  • Masuk dan berkembangnya agama Islam.
Setelah mengalami kemunduran, akhirnya Majapahit runtuh. Dalam hal ini ada dua pendapat : Tahun 1478, yakni adanya serangan Girindrawardana dari Kediri. Peristiwa tersebut diberi candrasengkala “Hilang Sirna Kertaning Bhumi” yang berarti tahun 1400 Saka/1478 M. pendapat lain mengatakan bahwa runtuhnya Majapahit pada Tahun 1526, yakni adanya serangan tentara dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Serangan Demak ini menandai berakhirnya kekuasaan Hindu di Jawa.




Daftar Pustaka :

donisetyawan.com
pendidikanmu.com
wikipedia.org

KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA (1)





1. Kerajaan Kutai

Kutai Martapura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Pusat Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Informasi nama Martapura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan ini.

Informasi yang ada diperoleh dari Prasasti Yupa dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Hanya ada lima nama raja yang tercatat dalam sumber sejarah, yakni 3 orang di Prasasti Yupa beraksara Pallawa dan 2 orang dalam kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara beraksara Arab Melayu. 

1.Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2.Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3.Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4.Maharaja Indera Mulia (abad ke-14)
5.Maharaja Dermasatia (penutup dinasti awal abad ke-17

Kerajaan Kutai Martapura berakhir saat rajanya yang bernama Maharaja Dermasatia terbunuh dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-8, Pangeran Sinum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martapura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kertanegara yang saat itu ibu kota di Kutai Lama.Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kertanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

2.Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan dia memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan :
  • Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern, 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
  • Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
  • Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
  • Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
  • Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
  • Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.

3. Kerajaan Kalingga (Holing)

Kerajan Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pertama muncul di pantai utara Jawa Tengah pada abad ke-6 Masehi, dan bersama dengan Kerajaan Kutai dan Tarumanagara.Sejarah kerajaan ini diketahui dari sumber catatan sejarah manuskrip, prasasti, cerita rakyat setempat, dan kronik sejarah Tiongkok. Ratu Shima merupakan ratu yang memimpin Kerajaan Kalingga. Catatan dari Tiongkok menjelaskan kalau sejak 674 hingga 732 Masehi, rakyat Kalingga diperintah oleh Ratu Shima.

Ratu ini dikenal sangat adil dan bijaksana. Karena itu kondisi kerajaan ini sangat tentram dan aman. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Seperti akan memotong tangan seseorang yang terbukti sudah mencuri. Rakyatnya dikenal sangat pandai dalam membuat bunga kelapa dan minuman keras. Komoditi kerajaan ini adalah gading gajah, cula badak, kulit penyu, perak dan emas.

Bisa dikatakan catatan sejarah terkait Kerajaan Kalingga sangat terbatas. Catatan sejarah pengembara dari zaman Dinasti Tang dan I-Tsing menjadi rujukan utamanya. Dia mengatakan bahwa ada pendeta Budha Hwining pada 664 yang tinggal selama tiga tahun yang bersama pendeta kerajaan Holing, Janabadra yang menterjemahkan kitab suci Budha Hinayana.

Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Kalingga tidak berlangsung lama. Sejak Ratu Shima meninggal dunia dan tahtanya dimiliki keturunannya, mulailah terjadi tanda-tanda kehancuran. Puncaknya kala terjadi serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Jalur perniagaannya direbut, dan rakyat Kalingga harus mengungsi ke pedalaman Pulau Jawa.

4. Kerajaan Sriwijaya 

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara. Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang bercorak Buddha di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad ke-7 oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga dan menjadi raja pertama. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang".
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta selama enam bulan. Ia juga mengatakan bahwa Sriwijaya merupakan sebuah kota benteng dan dihuni kurang lebih 1.000 orang biksu dan mereka belajar dibawah pimpinan biksu terkenal bernama Sakyakirti. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. 

Kerajaan Sriwijaya  mencapai puncak kejayaannya pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Pada tahun 856 masehi. Balaputra dewa dan dinasti  Sailendra, Jawa Tengah, naik tahta kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu banyak orang Sriwijaya belajar ilmu pengetahuan di luar negeri, terutama di perguruan tinggi Nalanda di Benggala, India. Atas  bantuan Raja Dewapaladewa dari Kerajaan  Pala di Benggala. Balaputradewa mendirikan sebuah asrama siswa Sriwijaya di Nalanda. Usaha Balaputradewa ini termaktub dalam prasasti Nalanda bertahun 860 Masehi.

Kerajaan Sriwijaya berlangsung hingga permulaan abad ke-11. Setelah itu Sriwijaya  mundur. Kemunduran kerajaan  ini disebabkan  tidak ada raja yang cakap memerintah dari serbuan raja Rajendra Coladewa dari Kerajaan Colamandala di India Selatan. Kekuasaan Sriwijaya semakin surut ketika Kerajaan Kediri dari Jawa Timur meluaskan kekuasaanya.

Faktor- yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar adalah sebagai berikut.
  • Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
  • Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
  • Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
  • Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.
Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
  • Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.
  • Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
  • Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.
  • Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.
5. Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan Hindu yang berdiri di wilayah Jawa Tengah, tempatnya dikelilingi oleh gunung-gunung yang cukup banyak. Catatan awal kedatuan Medang ada dalam prasasti Canggal (732), ditemukan di dalam kompleks Candi Gunung Wukir di dusun Canggal, barat daya kabupaten Magelang. Prasasti ini, ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakan aksara Pallawa, menceritakan tentang pendirian Siwalingga (lambang Siwa) di bukit di daerah Kuñjarakuñjadeça (Kunjarakunja), yang terletak di pulau bernama Yawadwipa (Jawa) yang diberkahi dengan banyak beras dan emas. Pembentukan lingga berada di bawah perintah Sanjaya. Prasasti ini menceritakan bahwa di Yawadwipa dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya.
Setelah mangkatnya Sannanegara berkabung, jatuh dalam perpecahan. Pengganti raja Sanna yaitu putra saudara perempuannya Sannaha bernama Sanjaya. Dia menaklukkan daerah-daerah di sekitar kerajaannya, dan pemerintahannya yang bijak memberkati tanahnya dengan kedamaian dan kemakmuran bagi semua rakyatnya.

Pada prasasti Taji dan prasasti Timbangan Wungkal ditemukan istilah Sanjayawarsa (Kalender Sanjaya), disebutkan dalam prasasti tersebut bahwa tahun 1 Sanjaya sama dengan tahun 717 Masehi. Tidak diketahui dengan pasti apakah tahun 717 M ini merupakan tahun kelahiran Sanjaya, atau tahun berdirinya kedatuan. Menurut prasasti Canggal, Sanjaya mendirikan kedatuan baru di tengah pulau Jawa bagian selatan. Namun tampaknya itu merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya yang diperintah oleh Sanna.

Sekitar tahun 929 M, pusat kedatuan dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan wangsa Isyana. Penyebab pasti dari perpindahan ini masih belum pasti. Sejarawan telah mengusulkan berbagai kemungkinan penyebab; dari bencana alam, wabah epidemi, politik dan perebutan kekuasaan, hingga motif keagamaan atau ekonomi.

Menurut teori van Bemmelen, yang didukung oleh Prof. Boechari, perpindahan tersebut disebabkan letusan gunung Merapi yang parah. Sejarawan berpendapat bahwa, beberapa waktu pada masa pemerintahan Dyah Wawa dari Mataram (924-929), gunung Merapi meletus dan menghancurkan ibu kota Medang di Mataram. Letusan gunung Merapi yang besar dan bersejarah ini dikenal sebagai Pralaya Mataram (bencana Mataram). Bukti letusan ini dapat dilihat di beberapa candi yang hampir terkubur di bawah abu Merapi dan puing-puing Merapi, seperti candi Sambisari, candi Morangan, candi Kedulan, candi Kadisoka, dan candi Kimpulan.




Daftar Pustaka :

Cryptowi.com

Pendidikanmu.com
Romadecade.org
Wikipedia.org

Jumat, 10 Januari 2020

Pengertian Ramalan dan Kewaskitaan (Clairvoyance)



Meramal adalah mengetahui sesuatu tentang apa yang akan dating, dalam bahasa Jawa “weruh sadurunge winarah” atau mengetahui sebelum kejadian. Di Eropa, hal tersebut dikenal sebagai “Clairvoyance”  yang mengandung beberapa pengertian :
1.      Mengetahui apa yang akan terjadi
2.      Mengetahui apa yang telah lama terjadi
3.      Mengetahui apa yang sedang terjadi
Diriwayatkan dulu dalam pengembaraan Nabiyullah Musa as yang mencari pengetahuan, beliau bertekad belum akan berhenti mencari sampai dipertemukan dengan tempat pertemuan 2 sungai atau laut. Beliau bertemu dengan sesama nabiyullah yaitu Khidir as. (Surat Al Kahfi : 65). Menurut beberapa pendapat pertemuan 2 lautan tersebut bermakna bukan secara harfiah, melainkan symbol pertemuan 2 buah ilmu pengetahuan ; pengetahuan manusia dan pengetahuan langsung dari Tuhan (laduni). Diejawantahkan bahwa yang fana dan rohani dalam manifesta tertinggi dapat melihat masa depan.
Di Indonesia hal ini dikenal sebagai kewaskitaan. Banyak yang belajar ilmu laduni dengan cara olah batin, yang dilakukan orang  berkemampuan istimewa. Semisal Prabu Jayabaya yang dikatakan dibimbing oleh Syamsudin al Wasil, Raden Ngabehi Ranggawarsita dan the founding father kita Ir. Soekarno.
Sumber : Hidayat Yoedoprawiro, 1999. Relevansi Ramalan Jayabaya. Jakarta: Balai Pustaka.

Senin, 08 Juli 2019

ANALISIS KURIKULUM 2013 (K-13)


ANALISIS KURIKULUM 2013 (K-13)

Untuk tugas mata kuliah      : Pengembangan Kurikulum Sejarah
Dosen Pengampu                  : Dr. Leo Agung,  M.Pd.




 






                                                                                                              


Oleh :

MARZUKI NYAMAT (S861808008)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

A.  Latar Belakang perubahan Kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013.
Jawab :
Hal yang sangat menarik untuk dicermati bahwa pada awal abad ke-21 ini, hanya dalam rentang waktu kurang dari 10 tahun, pemerintah Indonesia telah melahirkan sedikitnya dua kurikulum. Pertama, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, kedua Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Artinya hanya selang dua tahun saja, kurikulum yang menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan telah berubah. Pada abad 20-an kurikulum berganti menyesuaikan perkembangan zaman, biasanya setiap rentang waktu sepuluh tahun. Namun pada abad ke-21 seperti telah disebutkan, belum genap lima tahun pemerintah sudah melahirkan dua kurikulum. Tujuh tahun kemudian pemerintah menggagas kurikulum baru, yang kini dinamakan kurikulum 2013 (Ruliansyah Anwar, 2014: 97).
Pemerintah menetapkan bahwa penerapan kurikulum 2013 akan dimulai pada awal tahun ajaran 2013-2014 yang diberlakukan secara bertahap pada tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Pada tahun pertama akan diterapkan untuk murid kelas satu dan kelas empat SD serta kelas satu SMP dan SMA. Selanjutnya, pada tahun kedua akan diberlakukan kepada kelas dua dan kelas lima SD serta kelas dua SMP dan SMA. Kemudian pada tahun ketiga akan diberilakukan kepada kelas empat dan kelas enam SD serta kelas tiga SMP dan SMA. Inti dari kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Penyusunan kurikulum 2013 pada dasarnya menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif, dan mengacu pada kurikulum 2006. Beberapa permasalahan di antaranya: (i) konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (ii) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vi) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (vii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir.Dengan demikian yang mendasari dikembangkannya kurikulum 2013, selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada kurikulum 2006, adalah kurikulum 2013 juga bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan) yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran. Selain itu, menurut Mendikbud bahwasanya pada dasarnya zaman selalu berubah. Oleh karena itu kurikulum pendidikan harus pula disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan zaman. Saat ini yang dituntut adalah kurikulum yang lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi hapalan semata. Hal tersebut menunjukkan tentang kesenjangan kurikulum yang ada pada konsep kurikulum saat ini dengan konsep ideal yang diinginkan. Kurikulum 2013 yang dikembangkan saat ini mengarah ke konsep ideal dimaksud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).
Penyusunan kurikulum 2013 didasarkan pada tiga aspek yang merupakan landasan pengembangan kurikulum, yaitu aspek filosofis, aspek yuridis, dan aspek konseptual. Aspek filosofis memaknai bahwa pendidikan berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Selain itu, kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi. Aspek konseptual berarti kurikulum memiliki relevansi, modelnya berbasis kompetensi, tidak hanya merupakan sekadar dokumen, dan proses pembelajarannya mencakup aktivitas belajar serta output dan outcome belajar, serta kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi penjenjangan penilaian. Aspek yuridis terkait dengan RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan, dan Inpres nomor 1 tahun 2010. Selain dari hal yang telah dikemukakan, ada beberapa hal lain yang mendasari pengembangan kurikulum 2013. Tantangan masa depan yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari, kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa pada masa depan, fenomena negatif yang akhir-akhir ini terus mengemuka, dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan kurikulum yang diberlalukan saat ini merupakan hal-hal yang menjadi pertimbangan disusunnya kurikulum 2013 (Ruliansyah Anwar, 2014: 98-99).
B.  Kelebihan KTSP sesuai konteks jamannya.
Jawab :
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan model kurikulum yang dikeluarkanoleh pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum inilahir seturut dengan tuntutan perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengansistem pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadappusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak tumbuh. Dalam pada itu pendidikan puncenderung mencerabut siswa-siswi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkanpendekatan baru berupa desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepadasekolah untuk mengelolah sekolah (Fedrik A. Kande, 2008: 79).
Menurut Slamet (2005:3):
“Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Selain itu desentralisai juga dimaksudkan untuk mengurangi beban pemerintah pusat yang berlebihan, mengurangi kemacetan-kemacetan jalur-jalur komunikasi, meningkatkan (kemandirian, demokrasi, daya tanggap, akuntabilitas, kreativitas, inovasi, prakarsa), dan meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan”
Mengacu kepada pendapat Slamet, ada dua kepentingan besar dari desentralisasi pendidikan, pertama, untuk meningkatkan kinerja pendidikan. Kedua, mengurangi beban pusat, sebab dikhawatirkan jika pusat terus dibebani tanggung jawab pengelolaan pendidikan, maka mutu pendidikan akan terus  melorot.
Menurut Abdul Kadir (2001:1) ada dua isu besar yang mengiringi pelaksanaan otonomi pendidikan, yakni dimulainya masa transisi desentralisasi pengelolaan pendidikan dan kecenderungan merosotnya hasil pembangunan pendidikan yang selama ini dicapai.
Menurut Suyanto (2001) sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir:
“Bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh adalah diberlakukannya manajemen pendidikan berbasis pada sekolah (school based education) dan model perencanaan dari bawah (bottom up planning). Mengenai kecenderungan merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan”.
Salah satu komponen yang didesentralisasi melalui penerapan School Based Management adalah pengelolaan kurikulum.
Menurut Slamet (2005:3):
Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragaman. Oleh karena itu, dalam implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan muatan kurikulum lokal.
Atas dasar inilah diperlukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional sekolah. UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 point (15), menyatakan, “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Jadi, dalam KTSP sekolah diberikan keluwesan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan potensi sekolah dan daerah. Hal itulah yang merupakan keunggulan dari KTSP di zamannya (Fedrik A. Kande, 2008: 80).
C.  Realisasi K13 khususnya mapel sejarah. Benarkah sudah diterapkan?
Jawab :
Menurut Eko Sutarman (2014: 45), Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah tidak telepas dari berbagai kendala-kendala. Pertama, Buku-buku mata pelajaran K13 tersebut diberikan langsung oleh pemerintah. Akan tetapi untuk sejarah peminatan buku yang disediakan pemerintah sampai sekarang belum juga ada. Hal ini tentu akan berakibat tidak baik, karena dengan tidak adanya buku pegangan yang pasti guru dan siswa di SMA N 1 Rembang memiliki pendapat yang beraneka ragam mengenai materi yang dibahas.
Kedua, Sarana Prasarana.Kelengkapan fasilitas di sekolah menjadi peran penting da-lam mendukung terciptanya implementasi kurikulum secara maksimal. Hal inilah yang men-jadi pertimbang pemerintah menerapkan kurikulum 2013 hanya di beberapa sekolah di kabupaten maupun kota. Fasilitas ini memiliki peranan penting di kurikulum 2013, karena bisa membantu siswa untuk bisa lebih aktif dan kreatif. Untuk alat peraga di labaoratorium IPS sudah cukup baik dan bisa mendukung dalam proses implementasi kurikulum 2013. Fasilitas di SMA N 1 Rembang yang masih perlu adanya peningkatan adalah akses internet (wifi). Akses internet ini sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan siswa bisa mencari dan menggali informasi dalam materi pembelajaran. Sebab, dengan belum adanya buku tentu akses internet ini bisa menjadi solusi untuk menutupi kekurangan yang ada.
Ketiga, Sosialisasi dan pelatihan mengenai kurikulum 2013. Kunci sukses keberhasilan terlaksananya kurikulum 2013 adalah sosialisasi. Sosialisasi dalam penerapan kurikulum 2013 ini sangatlah penting, karena dengan sosialisasi ini para guru dapat mengetahui secara rinci tentang kurikulum itu sendiri sehingga mampu menerapkannya kepada siswa nantinya. peran serta dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, waka kurikulum, guru, siswa, dan intra sekolah lainn yang terlibat langsung dilapangan inilah yang mengetahui bagaimana kurikulum itu sendiri dan kendala yang dihadapinya. Namun, sosialisasi ini harus dilakukan secara berkala agar tercipta pemaham-an yang mendalam dari guru tersebut, sehingga bisa tercapai secara maksimal.
Jadi untuk realisasi penerapan kurikulum 2013 khususnya mapel sejarah banyak mendapat kendala, contohnya di SMAN  Rembang dan SMA-SMA atau sekolah-sekolah yang terletak di daerah pelosok atau sekolah yang kurang dalam sosialisasi kurikulum 2013.
Bagaimana penilaian dalam kurikulum 2013, apa sudah menyeluruh?
Jawab :
Menurut Hari Setiadi (2016; 170), hasil penilaian dapat dilihat dengan kuesioner dan Focus Group Discussion (FGD) dari BSNP (BSNP, 2015). Data kuesioner dan FGD saling melengkapi yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang tidak nampak dalam FGD dapat dikaji secara mendalam dengan basis data kuesioner, begitu pula berbagai data kuesioner dapat diinterpretasikan lebih dalam dengan basis data FGD. Ruang lingkup yang akan dieksplorasipada kegiatan penelitian ini adalah (1) teknik dan instrument penilaian (mencakup kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan); (2) mekanisme dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan; (3) pelaksanaan dan pelaporan penilaian yang dilakukan juga oleh pendidik dan satuan pendidikan.
Hasil FGD menunjukkan bahwa banyak guru yang menghadapi permasalahan dalam pembuatan laporan. Hambatannya terutama pada penggunaan rentang nilai 1-4. Belum ada tabel konversi yang dibuat pada Peraturan Pemerintahnya untuk mengkonversi rentang nilai 0-100 menjadi rentang nilai1-4 pada penilaian pengetahuan dan keterampilan. Tanggapan lain dari perubahan skala penilaian datang dari orang tua siswa. Banyak orangtua yang kesulitan dalam membaca dan menerjemahkan nilai karena sudah terbiasa dengan skala sebelumnya. Terdapat beberapa masalah yang terjadi terkait dengan penulisan rapor. Saat mengisi rapor juga beberapa guru mengalami hambatan mengenai pembuatan deskripsi penilaiandan penyatuan nilai tiap mata pelajaran. Kedua hambatan tersebut dirasa sangat memberatkan guru karena mem-butuhkan waktu yang relatif lama dan rumit (Hari Setiadi (2016; 173).
Dari hasil temuan yang didapatkan ternyata pada tahap perencanaan masih banyak guru yang belum melaksanakan proses peren-canaan sesuai dengan kaidah-kaidah yang seharusnya dilakukan. Proses penilaian diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen.
D.  Kesimpulan
Kurikulum bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah-ubah. Kurikulum adalah instrumen (alat) untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat, penggunaannya sangat tergantung pada sumber daya manusia. Yang lebih penting lagi, tujuan universal pendidikan adalah mewujudkan manusia seutuhnya yang meningkatkan harkat dan martabatnya. Pendidikan bukan sekadar meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga terampil untuk pembangunan fisik, tetapi lebih kepada pembentukan sikap mental dan karakter yang menjadi fondasi bagi kehidupan siswa di masa depan. Tantangan masa depan akan makin canggih, kompleks, dan menuntut respons perubahan. Respons berupa perubahan kurikulum merupakan langkah strategis yang dapat ditempuh pemerintah sebagai pengemban amanat undang-undang.
Demi keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013, hal mendasar yang perlu dilakukan oleh pemangku kepentingan di bidang pendidikan, terutama di tingkat operasional adalah mempersiapkan diri terhadap pemberlakuan kebijakan dengan sikap terbuka dan mengikuti akselerasi yang diperlukan. Ketika kurikulum baru nanti diterapkan, para guru harus bisa mempersiapkan diri dengan model operasional yang baru. Manajemen sekolah juga harus menyiapkan berbagai perangkat dan sistem untuk itu. Dengan kata lain, sumber daya manusia pengelola pendidikan harus mengikuti pelatihan, pembinaan, dan workshop untuk kurikulum baru. Yang tidak kalah penting, pemerintah juga perlu mensosialisasikan perubahan kurikulum itu secara sistematis dan terus menerus kepada semua pemangku kepentingan sampai tingkat terbawah. Masyarakat juga memerlukan informasi secara memadai terkait rencana diterapkannya kurikulum 2013.
















                                          
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2015. Laporan Pemantauan Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta:
            Sekretariat Badan Standar Nasional Pendidikan.
Eko Sutarman, 2014. Implementasi Guru Sejarah Dalam Menerapkan Kurikulum
2013 Di Kelas X Di SMA N 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015. Indonesian
Journal Of History Education, Vol. 3, 36-46.
Fredik A. Kande, 2008. Membedah Kekuatan Dan Kelemahan KTSP (Antara
Globalisasi Lokal Dan Ancaman Disintegrasi Bangsa). Jurnal Manajemen
Pendidikan, No. 02, 79-89.
Hari Setiadi, 2016. Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013, Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 20, 166-178.
Kadir Abdul, 2001. Mencari Pijakan Awal Sistem Pendidikan Mengawali Otonomi
Daerah.
Rusliansyah Anwar, 2014. Hal-Hal Yang Mendasari Penerapan Kurikulum 2013.
Jurnal Humaniora, Vol. 5, 97-106.
Slamet P. H, 2005. Handout Kapita Selekta Desentralisasi Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Depdiknas RI.

KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA (HABIS)

6. Kerajaan Kediri Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222....