SEJARAH DINASTI YUAN
DAN
DINASTI MING
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur
Dosen Pengampu:
Drs.Suharman Mpd.
Oleh :
Nama : MARZUKI NYAMAT
NIM : 13021016
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN PGRI
WATES,D.I YOGYAKARTA
2013
SEJARAH DINASTI YUAN
Dinasti Yuan (Tahun 1271 ~ 1368)
merupakan Dinasti pertama yang didirikan oleh Suku Minoritas yaitu Suku Mongol dan juga merupakan satu-satunya Dinasti dalam Sejarah China yang memiliki wilayah
kekuasaan terbesar. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah daratan China hingga sampai ke Wilayah Asia Barat.
Sekitar abad ke 12, Suku Mongol muncul seorang pemimpin
besar yang bernama Tie Mu Zhen yang berhasil mempersatukan kelompok-kelompok
Suku Mongol ke dalam satu kesatuan Bangsa Mongolia dan membentuk Kerajaan
Mongolia dibagian Utara China. Tahun 1206, Tie Mu Zhen diangkat menjadi Raja
Bangsa Mongolia dengan gelar Genghis Khan (Cheng
Ji Shi Han yang artinya adalah Raja (Khan) dari segala-galanya).
Dibawah kepemimpinan Genghis Khan (Tie Mu Zhen), Suku
Mongol berkembang menjadi Suku yang sangat kuat hingga pada tahun 1227 berhasil
menghancurkan Kerajaan Xi Xia dan juga menghancurkan Dinasti Jin pada tahun
1234. Genghis Khan wafat pada usia 66 tahun tepatnya pada tahun 1227 disaat
melakukan penyerangan ke Kerajaan Xi Xia. Menjelang kematiannya, Genghis Khan
memberikan Strategi untuk menghancurkan Dinasti
Jin kepada putra-putranya. Setelah wafatnya Genghis Khan, Kerajaan Mongolia
kemudian dipimpin oleh Ogodai Khan yang berhasil menghancurkan Dinasti Jin
dibawah kepemimpinannya serta berhasil memperluas wilayah Kerajaan Mongolia
hingga ke Wilayah Eropa dan Wilayah Rusia. Setelah Ogodai Khan, Kerajaan
Mongolia kemudian dipimpin oleh Meng Ge dan Kubilai Khan.
Pada tahun 1271, Cucu Genghis Khan yaitu Kubilai Khan
mendirikan Dinasti Yuan di Kota Da Du (sekarang Beijing)
yang kemudian menjadikan Kota Beijing menjadi pusat pemerintahan, pusat
perekonomian dan sosial budaya hingga saat ini. Kubilai Khan kemudian
menobatkan dirinya menjadi Kaisar Yuan Shi Zu serta menyatakan kakeknya Genghis
Khan sebagai Kaisar pertama Dinasti Yuan dengan gelar Yuan Tai Zu.
Tahun 1276, Militer Dinasti Yuan berhasil menduduki
Ibukota Dinasti Song selatan yaitu Lin’an. Dengan demikian, Dinasti Yuan
dibawah pemerintahan Kubilai Khan berhasil menguasai seluruh wilayah China.
Setelah menguasai seluruh wilayah China, Kaisar Yuan Shi
Zu (Kubilai Khan) masih terus melakukan invasi-invasi militer untuk memperluas
wilayah kekuasaan. Kaisar Yuan Shi Zu melakukan 2 kali invasi militer ke Jepang,
Vietnam dan Myanmar yang kemudian berhasil
menguasai wilayah Korea, Myanmar dan Vietnam
sebagai Negara bagian dari Dinasti Yuan.
Untuk memperkuat kekuasaannya di dalam negeri (Wilayah
China), Dinasti Yuan membagi warga negaranya menjadi 4 level, yaitu Suku
Mongol, Se Mu Ren (Suku Xi Xia, Persia), Suku Han Utara dan Suku Han Selatan.
Dalam kebijakan pembagian level ini, Suku Han merupakan Suku yang paling rendah
dalam Dinasti Yuan. Oleh karena itu, saat pemerintahaan Dinasti Yuan, banyak
mengalami perlawanan dari Suku Han tetapi setiap perlawanan maupun
pemberontakan dapat dibasmi oleh Militer Dinasti Yuan.
Suku Mongol merupakan Suku yang suka mengembara dan
peternak sehingga produktivitas akan bahan pangan sangat rendah. Untuk merubah
kondisi tersebut serta untuk meningkatkan produktivitas, mulai dari
pemerintahan Kaisar Yuan Shi Zu (Kubilai Khan), Dinasti Yuan selalu fokus pada
pengembangan sektor pertanian sehingga Pertanian dapat berkembang dengan pesat
pada Dinasti Yuan. Karena Wilayah kekuasan Dinasti Yuan yang luas mencakup Asia Eropa, Pertukaran Teknologi, Perdagangan dan
Kerajian Tangan juga berkembang dengan pesat. Dalan Hal Industri Tekstil,
Teknologi Penenunan juga berkembangan dengan cepat karena juga didukung dengan
adanya perkebunan Kapas yang luas terutama di wilayah selatan China.
Perdagangan di Dinasti Yuan juga mengalami perkembangan
yang sangat pesat, hal ini dikarenakan meningkatnya penggunaan Uang Kertas dan
Transportasi sungai/laut. Pada saat itu, Dinasti Yuan merupakan salah satu Negara
yang termakmur di dunia. Saat Pemerintahaan Kaisar Yuan Shi Zu (Kubilai Khan),
seorang pedagang terkenal yang berasal dari Venice Italia yaitu Marco Polo
pernah mengunjungi daratan China. Dalam bukunya yang berjudul “The Travel of
Marco Polo” mencatat dengan jelas kondisi kemakmuran Ibukota Dinasti Yuan yaitu
Kota “DADU”.
Setelah Kaisar Yuan Cheng Zong Dinasti Yuan mengalami
perebutan kekuasaan Kekaisaran yang luar biasa, hanya dalam waktu 25
tahun (tahun 1308-1333), Dinasti Yuan terjadi pergantian Kaisar sebanyak 8
orang yaitu Kaisar Wu Zong Ren Zong Ying Zong Tai Ding Tian Shun Wen Zong Ming
Zong dan Ning Zong Tahun 1333, Kaisar Yuan Shun Di naik tahta menggantikan
adiknya Ning Zong menjadi Kaisar. Kaisar Yuan Shun Di berhasil membuat situasi
politik kekaisaran menjadi stabil kembali dan memegang tahta Kaisar Dinasti
Yuan selama 36 tahun (tahun 1333 ~ 1368). Kaisar Yuan Shun Di juga merupakan
Kaisar terakhir Dinasti Yuan.
Pada akhir-akhir kekuasaan Dinasti Yuan, Kaisar-kaisar
Dinasti Yuan menjadi hidup berfoya-foya dan hidup dalam segala kemewahan. Untuk
mememenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah Dinasti Yuan menambahkan jenis-jenis
Pajak baru dan menaikan Pajak-pajak yang telah ada terutama terhadap Suku Han.
Karena tidak rela dengan penindasan dan kekejaman yang
dialaminya, Suku Han bangkit kembali untuk melakukan perlawanan secara
besar-besaran. Pada tahun 1352 saat masih di pemerintahan Kaisar Tai Ding,
terjadi pemberontakan petani Suku Han di Henan yang dipimpin oleh Zhao Chou Si
dan Guo Pu Sa merupakan awal dari kehancuran Dinasti Yuan.
Tahun 1351 saat Kaisar Yuan Shun Di memasuki tahun
pemerintahan yang ke 11, terjadilah pemberontakan besar-besaran Pasukan
Selendang Merah [红巾军] yang dipimpin oleh
Liu Fu Tong [刘福通]. Di dalam Pasukan
Selendang Merah tersebut, muncullah beberapa Pemimpin Militer (Jenderal) yang
hebat. Di antaranya kekuatan militer Zhu Yuan Zhang Cheng You Liang] dan Zhang
Shi Cheng adalah merupakan kekuatan Militer yang terbesar.
Dalam tahun 1356 dan 1359, Zhu Yuan Zhang memperluas wilayah
kekuasaanya sehingga dalam waktu hanya 6 tahun Zhu Yuan Zhang berhasil
menyingkirkan pesaingnya yaitu Cheng You Liang dan Zhang Shi Cheng kemudian
juga berhasil menyatukan wilayah Jiang Nan (Setengah dari Wilayah daratan
China) dibawah kekuasaannya.
Tahun 1367, Zhu Yuan Zhang mulai melakukan penyerangan ke
Utara yang merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Yuan Suku Mongol. Pasukan
dibawah pimpinan Jenderal Xu Da dan Chang Yu Chun berhasil menduduki Ibukota
Dinasti Yuan yaitu “Da Du” pada tahun 1368. Dengan demikian, berakhirlah
Kekuasaan Dinasti Yuan selama 97 tahun di daratan China. Pada tahun yang sama,
Zhu Yuan Zhang menobatkan dirinya sebagai Kaisar dengan Dinastinya bernama Dinasti Ming.
SEJARAH DINASTI MING
Dinasti Ming (1368 - 1644) adalah dinasti satu
dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti ini adalah
dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368, Zhu Yuanzhang berhasil mengusir
bangsa Mongol kembali ke utara dan
menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan.
Ia mendirikan dinasti Ming dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar
ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing). Yingtian kemudian
berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan).
Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan
dan kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu melakukan
reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan membentuk organ
birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk mencegah munculnya lembaga
pemerintah yang mempunyai wewenang terlalu besar. Ia juga melalukan pembangunan
ekonomi, menghentikan segala ekspedisi militer untuk memberi rakyat waktu dan
ketenangan untuk melakukan tanggung jawab mereka di bidang masing-masing. Kebijakan
ini berhasil ditandai dengan peningkatan jumlah populasi sampai dengan
10.650.000 kepala keluarga atau 65.000.000 jiwa
pada tahun 1393.
Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di
seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke
tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen menggantungkan
dirinya di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi
keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai
Beijing pada tahun 1644.
Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereka kemudian
mendirikan Dinasti Qing yang menandai
runtuhnya Dinasti Ming. Sisa-sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming
kemudian mengungsi ke selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah.
Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil
dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683.
Awal
berdiri
Penghujung
Dinasti Yuan
Dinasti Yuan
adalah dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol
yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han. Diskriminasi
kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan pembagian
kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta
terendah pada zaman tersebut.
Penghujung Dinasti
Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak
dan inflasi
yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang
sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah
beredar sejak zaman Kubilai
Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian
dicetak dalam jumlah besar sehingga menyebabkan hiperinflasi.
Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan
merebak di mana-mana.
Tahun 1351,
Sungai
Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana
ini memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran
kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan tentara untuk
memperbaiki bendungan
Sungau Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan ketidakpuasan rakyat mencapai
puncaknya dan banyak rakyat jelata yang meninggal.
Pemberontakan
petani
Hiperinflasi dan
ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai Kuning
menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini
dikenal dengan Pemberontakan
Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing
memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou
(sekarang Kabupaten Fengyang,
Anhui).
Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa
pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan
putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian meninggalkan Haozhou dan
memperkuat diri sendiri. Tahun 1356,
dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing,
Jiangsu)
dan mengganti nama menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi
ibukota yang baru setelah Dinasti Ming berdiri.
Berdirinya
Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang
kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi
mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian
sangat tidak strategi buat mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian
ia menerima nasihat Zhu Sheng
untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik
dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja.
Kebijakan ini
menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian
menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang
pada tahun 1360.
Ia kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou,
wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil
menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun 1367,
Zhu berhasil menaklukkan Zhang
Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang
(sekarang Suzhou,
Jiangsu).
Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen
yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah
keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368,
memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu
sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu.
Pada tahun itu
juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina.
Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming
yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu
berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol
kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol.
Setelah berhasil
menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen
di Sichuan
pada tahun 1371.
Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang
dari Dinasti Yuan di Yunnan
mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.
Masa
kejayaan awal (1368-1436)
Pemerintahan
Hongwu
Setelah berhasil
mendirikan Dinasti Ming, Kaisar Hongwu melaksanakan kebijakan untuk menenangkan
rakyat. Di antaranya dengan mengembalikan gerak roda perekonomian, melakukan
reformasi birokrasi
Dinasti Yuan, meringankan pajak dan beban petani dan menghukum berat para
pejabat yang korup. Masa ini dikenal sebagai pemerintahan Hongwu dalam sejarah.
Kaisar Hongwu juga
merupakan kaisar yang penuh kecurigaan terhadap para menterinya. Ia takut
pejabat kekaisaran menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan mereka untuk
kepentingan diri sendiri yang pada akhirnya dapat mengancam dan membahayakan
kekuasaannya. Dalam pada itu, ia terkenal sebagai kaisar yang kerap menjatuhkan
hukuman kepada para menterinya.
Pada menteri
terkenal yang dibunuh antara lain adalah Liau Yongzhong,
Zhu Liangxiang,
Li Wenzhong,
Hu Weiyong,
Lan
Yu dan Chen Ning.
Pada akhirnya,
hampir seluruh pejabat kekaisaran yang berjasa dalam pendirian Dinasti Ming
kecuali Tang
He dihukum mati oleh Kaisar Hongwu. Setelah ini,
Kaisar Hongwu juga membentuk badan intelijen yang selanjutnya makin mengukuhkan
kekuasaan absolut di tangannya.
Insiden
Jingnan
Insiden Jingnan
adalah peristiwa kudeta berdarah karena perebutan tahta kekaisaran antara Kaisar
Jianwen dan Raja Yan, Zhu Di yang selanjutnya
menjadi Kaisar Yongle. Kaisar Jianwen, Zhu Yunwen adalah cucu tertua dari Zhu
Yuanzhang. Zhu Yunwen sendiri adalah anak dari Zhu Biao, anak sulung Zhu
yang mati muda sebelum sempat naik tahta.
Tahun 1398, Kaisar
Hongwu wafat dan digantikan oleh Kaisar Jianwen. Kaisar Jianwen atas nasihat
menterinya, Qi Tai
melakukan pembersihan lawan-lawan politiknya yang masing-masing memiliki
kekuatan sendiri di seluruh negeri. Lawan politik yang dimaksud adalah para
raja yang sebenarnya masih merupakan pamannya sendiri, anak dari mendiang
Kaisar Hongwu.
Lima raja berhasil
diturunkan dari tahta dan menjalani hukuman sebagai rakyat biasa. Raja Yan, Zhu
Di adalah anak keempat dari Kaisar Hongwu, mempunyai kekuatan paling besar
kemudian melakukan kudeta saat mendengar bahwa kekuatannya akan menjadi target
pembersihan selanjutnya oleh Kaisar Jianwen.
Zhu Di akhirnya
melakukan penyerangan ke ibukota Nanjing pada tahun 1399
atas saran dari penasihatnya Yao Guangxiao.
Perang saudara pecah antara Kaisar Jianwen dan Zhu Di, namun akhirnya berhasil
dimenangkan oleh Zhu Di pada tahun 1402.
Kaisar Jianwen hilang dan tidak diketahui nasibnya setelah insiden berdarah
ini.
Zhu Di lalu naik
tahta dengan gelar Chengzu, menetapkan era pemerintahan sebagai Yongle sehingga
dikenal juga sebagai Kaisar
Yongle.
Era
kejayaan Yongle
Di masa
pemerintahan Kaisar Yongle, Ming mengalami masa kejayaan awal. Ekspedisi
militer dilakukan oleh Kaisar Yongle untuk mempertahankan kejayaan ini. Annam
(sekarang Vietnam)
berhasil ditaklukkan dan kemudian menjadi protektorat Ming. Kaisar Yongle juga
memimpin ekspedisi ke utara untuk memukul mundur bangsa Mongol ke Asia Tengah
demi mencegah ancaman dari mereka.
Tahun 1405,
Kaisar Yongle juga memerintahkan Zheng
He untuk memimpin ekspedisi maritim ke lautan
selatan. Tujuh kali ekspedisi melayari lautan sampai ke Madagaskar.
Pada tahun 1406,
istana kekaisaran dibangun di Beiping
(sekarang Beijing) dan menggunakan Beiping sebagai basis untuk melakukan
ekspedisi ke Mongolia. Sampai pada tahun 1422,
pembangunan dan perkembangan Beiping sangat pesat dan Kaisar Yongle kemudian
menitahkan untuk memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beiping. Beiping kemudian
berganti nama menjadi Beijing.
Masa pemerintahan
Yongle ditandai dengan kedamaian dan kemajuan yang pesat di seluruh negeri.
Dalam catatan sejarah, masa ini dikenal sebagai era kejayaan Yongle (永樂勝世).
Namun, di balik masa kejayaan ini, Kaisar Yongle bukanlah seorang kaisar yang
pengasih. Hukuman yang dijatuhkan kepada lawan politik dan oposisi tidak
berkurang, ditandai dengan peristiwa penjatuhan hukuman
mati sepuluh kerabat kepada Fang Xiaoru.
Ini merupakan peristiwa satu-satunya di dalam sejarah Cina yang biasanya hanya
membunuh sampai sembilan
kerabat.Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424
dan digantikan oleh anaknya, Zhu
Gaochi.
Pemerintahan
Renxuan
Setelah Kaisar
Yongle wafat pada tahun 1424, anak sulungnya Zhu Gaochi naik tahta
menggantikannya sebagai kaisar. Era pemerintahan diganti menjadi Hongxi.
Malangnya, ia meninggal tahun berikutnya dalam usia 48 tahun.
Walau era
pemerintahannya sangat pendek, namun Kaisar Hongxi
melakukan banyak keputusan yang penting di antaranya menghentikan ekspedisi
maritim Zheng He dan ekspedisi militer. Ia juga mempromosikan produksi rakyat
demi perkembangan ekonomi, mengampuni banyak tawanan politik, meringankan
hukuman penjara dan melakukan penghematan di banyak bidang.
Setelah Kaisar
Hongxi mangkat, anaknya Zhu
Zhanji meneruskan tahta kekaisaran dan kebijakan yang
ditinggalkan sang ayah. Ia bertahta sebagai Kaisar Xuande dan terkenal akan
kemahirannya dalam seni lukis. Beberapa lukisannya menjadi lukisan ternama
dalam sejarah Cina.
Pada tahun 1431,
Kaisar Xuande merasakan bahwa pengiriman upeti dari negara-negara protektorat
Ming menyusut. Oleh karenanya, ia memerintahkan Zheng He untuk mempersiapkan
ekspedisi maritim ketujuh. Ekspedisi ini menjadi ekspedisi terakhir bagi Zheng
He karena ia kemudian meninggal di Guli,
sebuah kota di pesisir India.
Masa pemerintahan
Kaisar Xuande diwarnai dengan campur tangan kasim
dalam keputusan kekaisaran yang dilarang sejak masa pemerintahan Kaisar Hongwu.
Kaisar Xuande juga dijuluki sebagai kaisar jangkrik karena ia sangat
gemar memelihara dan berlaga jangkrik.
Hal ini menyebabkan para menteri dan kasim di istana berlomba-lomba untuk
memberikan hadiah jangkrik kepada sang kaisar.
Walaupun ada
berbagai kekurangan di atas, namun pada masa ini rakyat Ming mengalami
kehidupan yang relatif aman dan tenteram. Era ini dikenal sebagai pemerintahan
Renxuan diambil dari gelar kedua kaisar yang memerintah, Renzong dan
Xuanzong.
Era
pertengahan (1436-1573)
Invasi
Mongol
Pada tahun 1435,
Zhu
Qizhen naik tahta dengan gelar Yingzong dan era tahun
Zhengtong. Kaisar Zhengtong adalah satu-satunya kaisar dinasti Ming yang
memerintah dengan dua era pemerintahan, Zhengtong dan Tianshun setelah
restorasi tahta kekaisaran.
Masa pemerintahan
Kaisar Zhengtong diwarnai dengan penyalahgunaan wewenang oleh kasim ternama, Wang Zhen.
Wang adalah seorang guru kekaisaran yang kemudian dikebiri untuk menjadi kasim
di dalam istana. Wang secara terang-terangan melanggar peraturan Kaisar Hongwu
bahwa kasim tidak diperbolehkan untuk mencampuri urusan kenegaraan. Selama
kurun waktu tujuh tahun dengan latar belakang sebagai kasim kesayangan kaisar,
tindak-tanduknya yang korup semakin merajalela.
Seiring dengan
ini, kekuatan suku Oirat
di Asia
Tengah makin meningkat. Pada tahun 1449,
Esen Khan
dari Oirat menginvasi Beijing. Wang Zhen lalu memaksa Kaisar Zhengtong untuk
memimpin langsung 500.000 tentara keluar dari Beijing untuk menahan serangan
Mongol. Karena pasukan ini tidak terlatih dan juga bermoral rendah menyebabkan
garis depan dapat dikalahkan oleh pasukan Mongol.
Mendengar
kekalahan ini, Wang Zhen lalu takut untuk meneruskan pertempuran melawan Mongol
dan memerintahkan seluruh pasukan untuk mundur. Kuatir kampung halamannya akan
luluh lantak setelah dilewati pasukan Ming, ia mengambil rute jalan yang lebih
jauh sehingga menyebabkan pasukan Oirat berhasil mengejar pasukan Ming sesampai
Kastil Tumu.
Dalam pertempuran
di kastil Tumu ini, Kaisar Zhengtong berhasil ditawan oleh Esen Khan, sedangkan
Wang tewas dalam pertempuran. Dalam beberapa catatan sejarah tidak resmi,
dikatakan bahwa Wang tewas karena dibunuh oleh jenderal Fan Zhong,
pengawal kekaisaran yang tidak puas akan tindak tanduk Wang. Namun kebenaran
peristiwa ini tidak diakui oleh sejarah resmi kekaisaran. Peristiwa ini dikenal
sebagai Insiden Tumu
dalam catatan sejarah.
Setelah kabar
bahwa insiden ini sampai ke Beijing, menteri-menteri kuatir akan keselamatan
mereka bila Beijing jatuh ke tangan Oirat mengusulkan untuk memindahkan ibukota
ke Nanjing dan menyerahkan Beijing. Namun usulan ini ditolak oleh salah seorang
menteri, Yu
Qian yang kemudian menyarankan supaya adik dari Kaisar
Zhengtong, Zhu
Qiyu untuk meneruskan tahta kekaisaran demi kelanjutan
dinasti. Zhu kemudian naik tahta dengan gelar Daizong dan era pemerintahan
Jingtai.
Esen Khan sampai
ke Beijing namun tidak berhasil menguasai Beijing karena pertahanan kota yang
relatif kuat karena strategi pertahanan Yu Qian. Yu Qian kemudian memimpin
pasukan Ming keluar Beijing dan memukul mundur pasukan Oirat. Esen Khan
kemudian mundur bersama pasukannya dengan membawa Kaisar Zhengtong sebagai
tawanan.
Yu Qian tidak
menghiraukan tawaran damai dari Esen Khan sebagai tebusan atas Kaisar
Zhengtong, namun menyusun strategi pertahanan yang lebih kuat dan selanjutnya
mengusir pasukan Oirat lebih jauh ke utara. Esen Khan memperlakukan Kaisar
Zhengtong dengan baik dan kemudian melepaskannya setelah merasa bahwa tidak ada
gunanya lagi menawan sang kaisar pada tahun 1450.
Restorasi
Kaisar Zhengtong
Kaisar Zhengtong
yang dilepaskan oleh Esen Khan kemudian pulang ke Beijing. Malangnya,
kepulangannya ini tidak disambut gembira oleh Kaisar Jingtai, sang adik yang
bertahta menggantikannya selama menjadi tawanan.
Walaupun atas
saran para menteri, Kaisar Jingtai memberikan gelar Maha Kaisar,
namun ia tidak keluar menyambut Kaisar Zhengtong di gerbang kota, malah
menjatuhkannya sebagai tahanan rumah di Istana Selatan. Lebih jauh, Zhu
Jianshen yang sebelumnya adalah putra mahkota dicabut
gelarnya dan digantikan oleh anak Kaisar Jingtai, Zhu Jianji
yang tak lama kemudian meninggal karena sakit.
Sepeninggal Zhu
Jianji, Kaisar Jingtai yang tidak mempunyai putra lainnya tidak juga
mengembalikan kedudukan Zhu Jianshen sebagai putra mahkota. Pada tahun 1457,
Kaisar Jingtai sakit parah dan beberapa menteri merencanakan kudeta
untuk merestorasi Yingzong sebagai kaisar. Kudeta ini menyebabkan beberapa
menteri yang setia kepada Jingtai dijatuh hukuman mati, di antaranya Yu Qian.
Kaisar Jingtai
kemudian diturunkan kedudukannya menjadi raja dan meninggal sebulan kemudian.
Sebaliknya, Yingzong bertahta kembali sebagai kaisar dengan era tahun Tianshun.
Jatuhnya
dinasti Ming
Keadaan negara
Ming saat itu kacau balau terutama setelah gerombolan pemberontak yang dipimpin
Li
Zicheng berhasil memasuki dan merebut ibukota, Beijing.
Kaisar dinasti Ming yang terakhir, Chongzhen bunuh diri dengan
gantung diri setelah membunuh seluruh keluarga kerajaan untuk menghindari
tertangkap oleh para pemberontak. Dinasti Ming pun secara resmi berakhir. Li
Zicheng mendirikan dinasti Shun dengan Xi'an sebagai ibukota. Wu Sangui,
jendral dinasti Ming yang menjaga gerbang Shanhai
menolak bergabung dengan Li Zicheng dan meminta bantuan bangsa Manchu di bawah
pimpinan pangeran wali Duo'ergun. Kesempatan ini diambil oleh pasukan-pasukan
delapan bendera dinasti Qing untuk mengambil alih Beijing dan bergerak ke
selatan. Jendral Wu Sangui membuka gerbang tembok besar dan pasukan delapan
bendera dinasti Qing berhasil merebut Beijing dari Li Zicheng. Pada tahun 1644
pangeran Duo'ergun menyatakan dinasti Qing dengan kaisarnya Shunzhi menjadi
pengganti dan pewaris dinasti Ming dan mandat langit telah beralih dari dinasti
Ming kepada dinasti Qing. Dengan bantuan jendral-jendral dinasti Ming yang
membelot ke dinasti Qing seperti Wu Sangui, Hong Chengchou,
Kong
Youde, Shang Kexi,
Shi
Lang dan lain-lain, pasukan delapan bendera bangsa
Manchu bergerak ke selatan menghabisi sisa-sisa dinasti Ming yang mendirikan
tahta baru di selatan ('dinasti Ming selatan'). Baru pada tahun 1664 dinasti
Qing benar-benar telah mengambil alih seluruh daratan Cina. Di bawah
pemerintahan Kaisar
Kangxi, pulau Taiwan
akhirnya berhasil direbut dari sisa pasukan yang setia kepada dinasti Ming pada
tahun 1683.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar