Senin, 16 Oktober 2017

Garis Besar Konflik Israel-Palestina



Timur tengah merupakan suatu kawasan yang menarik untuk dikaji. Sejak dahulu, Timur tengah mempunyai arti strategi yang penting. Letak Timur tengah sangat strategis, terutama ditinjau dari segi militer yaitu pada pertemuan Eropa, Asia, dan Afrika.  
Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang secara politis, dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, atau Afrika-Eurasia. Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut Mediterania dan Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia, Jazirah Arab dan Semenanjung Sinai. Kadangkala disebutkan juga area tersebut meliputi wilyah dari Afrika Utara di sebelah barat sampai negara Pakistan di sebelah timur, dan Kaukasus atau Asia Tengah di sebelah utara (https://id.wikipedia.org/wiki/TimurTengah/2017/01/01).
Letak nya yang unik dan strategis tersebut juga melahirkan sebuah peradaban yang sangat tinggi pada zamannya. Arti Timur tengah menjadi jauh  lebih besar dengan ditemukannya minyak dalam jumlah luar biasa. Minyak adalah sumber bahan bakar utama dan bahan mentah yang paing diperlukan dalam peradaban industri kontemporer ( Isawati,2012:vii-viii). Oleh karena itu berbagai peristiwa seputar Timur Tengah menjadi sangat berpengaruh, baik di dunia Timur Tengah sendiri maupun dunia. Kawasan Timur Tengah sejak lama menjadi fokus perhatian dunia. Beberapa kejadian di Timur Tengah, mulai dari konflik dalam suatu negara, konflik antar negara di kawasan, sampai konflik yang melibatkan negara-negara luar yang mempunyai kepentingan di kawasan, menjadikan setiap persoalan yang muncul di kawasan itu sebagai isu internasional. Masalah Palestina merupakan isu yang paling lama di Timur Tengah.
Masalah Palestina yang merupakan inti dan dasar sengketa Arab Israel adalah sengketa atas tanah Palestina antara penduduk Arab Palestina dan penduduk Yahudi, yang keduanya merasa berhak atas negeri itu dan berusaha untuk menguasainya dan mengembangkan kehidupan nasionalnya. Dengan demikian kedua masyarakat nasional itu berhadapan satu sama lain sebagai lawan. Yang pertama mendapat dukungan dan bantuan dari negara-negara Arab, yang kedua dari gerakan Zionis sedunia dan beberapa negara terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Sengketa Arab-Yahudi dimulai sesudah Perang Dunia pertama ketika masyarakat Arab. Palestina memberikan perlawanan terhadap migrasi Yahudi yang meningkat berkat politik Inggris yang mendukung usaha kaum Zionis untuk mendirikan suatu kediaman nasional atau “national home” bagi umat Yahudi di negeri leluhur mereka (tanah Palestina). Politik kolonial Inggris itu didasarkan atas pengakuan XVII bahwa bangsa Yahudi mempunyai suatu ikatan historis dengan Palestina dan atas perhitungan bahwa kedua masyarakat nasional itu akan hidup berdampingan secara damai dan bekerja sama untuk membangun negeri itu (Kirdi Dipoyudo,1982: 116-117).
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekuler yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Itulah masalah yang menyebabkan sengketa tersebut terjadi berkepanjangn hingga berlarut-larut sampai abad awal modern.
Dengan klaim teologis, bahwa Palestina merupakan tanah yang dijanjikan bagi bani Israel,  maka mereka berhak untuk melakukan aneksasi dan penguasaan atas wilayah tersebut. Pendirian negara Israel di tanah Palestina merupakan salah satu bentuk dan tujuan perjuangan sebuah gerakan politik Yahudi ekstrem yang dikenal dengan “Zionist Movement”  atau gerakan Zionis. Berdirinya negara Israel merupakan hasil upaya kaum Zionis yang anggotanya tersebar di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, berbicara mengenai negara Israel, maka tidak dapat dilepaskan dengan gerakan Zionisme sebagai organisasi politik skala internasional Yahudi yang menjadi semacam motor penggerak atas berdirinya negara bangsa Yahudi Israel (http://hminews.com//opini/zionisme-dan-berdirinya-negara-israel/2017/03/01).
Sementara itu geliat orang-orang Yahudi yang ingin membuat suatu “tanah air” atau Negara semakin tidak terbendung. Salah satu tokoh dibalik gerakan Zionis yaitu Theodore Herzl. Kongres dibuka pada Ahad pagi tanggal 29 Agustus 1897 dengan mengambil tempat di sebuah gedung Kasino milik pemerintah kotapraja Basel di negara Swiss bagian barat  (https://vivixtopz.wordpress.com/artikel-islam/zionisme-analisis-sejarah-dan-perkembangannya/2017/02/02).
Pada tahun 1917 Inggris menerbitkan Deklarasi Balfour yang mengejutkan dunia yang mengumumkan Pemerintahan Inggris mendukung pendirian Negara Yahudi di Palestina. Dari tahun 1919 hingga 1948 kelak Inggris menguasai Palestina berdasarkan mandat Liga Bangsa Bangsa. Dalam periode itu,dunia menyaksikan perpindahan massal bangsa Yahudi Eropa ke Tanah Suci (Palestina) karena penghianatan mereka dalam perang Dunia pertama (kaum Yahudi Jerman membuat perjanjian dengan Inggris bahwa mereka akan mengajak Amerika mengikuti perang membantu Inggris,jika Inggris menang sebagai balasannya membrikan Tanah Suci kepada mereka jika perang berhasil dimenangkan) (Imran Hosein, 2002: 132).
Pada tahun 1939 ,dimulai Perang Dunia Kedua. Inggris berperang bersama pihak Sekutu. Pihak Sekutu berhasil mengalahkan Jerman dan Italia. Pada saat bersamaan, Zionis memanfaatka isu Anti Semit untuk memperoleh dukungan Internasional terutama Amerika. PBB membentuk Badan Investigasi Internasional untuk masalah Palestina. Badan Investigasi merekomendasikan tiga hal. Pertama penghentian pemerintahan kolonial Inggris di Palestina. Kedua, tanah Palestina dibagi menjadi dua Negara yaitu Israel dan Palestina. Selanjutnya melalui Konferensi Sufar 6 September 1947, Dewan Umum PBB mengeluarkan Resolusi No. 181. Resolusi ini benar-benar membagi tanah Palestina menjadi dua yaitu Israel dan Arab Palestina (Abu Bakar, 2008: 152).
Dalam perang Arab-Israel tahun 1948 M, bangsa Arab Palestina bukanlah bangsa yang merdeka. Bangsa Arab Palestina tidak mempunyai sekutu seperti bangsa Yahudi yang mempunyai gerakan Zionis. Praktis, mereka hanya mengandalkan bantuan dari negara tetangga. Ben Gurion, perdana menteri pertama Israel, memerintahkan kepada pasukan reguler dan mengumumkan bahwa semua orang Yahudi di atas 17 tahun harus melibatkan diri dalam barisan nonreguler. Disisi lain, Zionis Israel berhasil memperoleh peralatan perang besar-besaran hasil selundupan dari Cekoslowakia. Sekali kontrak, Israel memperoleh 24.500 pucuk senapan, 5000 senapan mesin ringan, 200 senapan mesin medium, 54 juta butir amunisi dan 25 pesawat tempur kelas berat. Israel juga mempunyai 800 kendaraan tempur kelas berat.
Tentara Israel dipimpin oleh Yaakov Dori, dengan kolonel Yigal Yadin, penduduk asli Yerusalem berumur tiga puluh satu tahun sebagai komandan operasi. Tulang punggung tentara Israel ini ialah pasukan beladiri lama “Haganah”. Kesatuan ini dibagi menjadi Palmah, apsukan elit yang disponsori oleh kelompok kiri, Partai Buruh Sosialis Mapan. Hish, pasukan reguler lapangan dan Mishmar, pasukan pengawal negara yang anggitanya orang-orang tua. Tentara Israel ini berjumlah 75.000 anggota. Mereka juga mempunyai pasukan pembantu wanita yang sangat membanatu dalam membebaskan rekan-rekannya dari tugas di garis depan (George Lenczowski, 1992: 252).
Dengan demikian, negara Israel ternyata sudah mempersiapkan hal-hal yang mungkin terjadi jauh sebelum deklarasi kemerdekaan. Kaum Zionis dengan segala kerjasamanya dan kemampuan berhasil membuat negara Israel kuat, bahkan setelah sesaat negara Israel lahir. Itu membuktikan bahwa gerakan Zionis sukses “membidani” lahirnya negara mereka. Hal tersebut bertolak belakang dengan keadaan bangsa Arab Palestina. Mereka hanya sibuk untuk melakukan lobi politik dengan negara tetangga di Timur Tengah tetapi tidak mempersiapkan persiapan militer. Praktis saat negara Israel berdiri, mereka tidak bisa berbuat banyak dan walaupun sudah tumbuh rasa nasionalismenya.

Sumber:

Bakar, Abu. 2008. Berebut Tanah Suci Palestina. Yogyakarta: Insan Madani.
Dipoyudo, Kirdi. 1977. Timur Tengah Dalam Pergolakan. Jakarta: CSIS.
Isawati, 2012. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat Jilid I). Yogyakarta:
           Penerbit Ombak.
Lenczowski, George. 1992. Timur Tengah Di Tengah Kancah Dunia (terjemahan
            Asgar Bixby). Bandung: Sinar Baru Algesindo.
N. Hosein, Imran. 2013. Khilafah Hijaz Dan Negara-Bangsa Saudi-Wahabi
           (tejemahan Ikhya Ullumudien). San Fernando: Masjid Jami’ah.

(https://id.wikipedia.org/wiki/TimurTengah). Diakses pada 1 Januari 2017.
(http://hminews.com//opini/zionisme-dan-berdirinya-negara-israel/). Diakses pada 1 Maret 2017.
(https://vivixtopz.wordpress.com/artikel-islam/zionisme-analisis-sejarah-dan-perkembangannya/). Diakses pada 2 Februari 2017.
(http://internasional.kompas.com/read/2012/11/28/09082768/Palestina.Usai.Perang.ArabIsrael.1948/). Diakses pada 28 April 2017.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA (HABIS)

6. Kerajaan Kediri Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222....