Rabu, 18 Oktober 2017

Sejarah Bangsa Yahudi



Awal Mula Nenek Moyang Bangsa Yahudi

Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, etnisitas, atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada sebuah umat yang beragama Yahudi. Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber atau yang disebut “Ibrani” atau Yakub (yang juga bernama “Israel”) anak Ishak dan cucu Ibrahim (Abraham) atau keturunan Suku Yehuda yang berasal dari jalur keturunan Yehuda anak Yakub yang kalau dirunut masih keturunan dari Nabi Ibrahim atau bernama lain  Abraham.
Bangsa Yahudi atau Israel merupakan cabang rumpun keluarga Semit. Rumpun lain keluarga Semit adalah bangsa Babilonia, Abbisinia, Kaldea, Assiria, Aramia, Phoenesia, dan Arab. Semit adalah saudara dari Ham, leluhur bangsa-bangsa Afrika yang juga bersaudara dengan Yaphet, anak tertua Nabi Nuh (Noah) yang menjadi leluhur bangsa Eropa. Dibandingkan Ibrani atau Israel, bangsa Arab merupakan rumpun keluarga paing kentara identitas Semit-nya, baik dari segi bahasa, ciri-ciri fisik, maupun budaya. Namun, istilah Anti Semit, yang muncul di belahan benua Eropa dan Amerika, lebih dimaksudkan sebagai kebencian terhadap bangsa Israel-Yahudi, tidak meliputi Abbisinia, Arab dan lainnya. Bangsa-bangsa Semit ini mendiami daerah-daerah di Kawasan Timur Tengah, terutama di daerah “Bulan Sabit Subur”. Pada masa sekarang mereka adalah penduduk, Arab Saudi, Irak, Suriah, Lebanon, Yordania, Mesir, serta Israel dan negara lainnya di sekitarnya.
Bangsa Yahudi atau Israel juga dikenal dengan nama Ibrani, Ibri dan Hebrew. Menurut sejumlah ahli sejarah, Ibrani berasal dari bahasa Arab “abara”, yang berarti melakukan perjalanan melalui lembah atau sungai. Para sarjana telah bersepakat bahwa nama Ibrani merujuk pada sebuah rumpun keluarga anak keturunan Nabi Ibrahim. Alasannya, salah satu anak Ibrahim beserta keluarganya gemar melakukan pengembaraan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui arti itulah, Ibrani memiliki kesejajaran makna dengan Badui di gurun pasir. Dikisahkan pengembaraan mereka berakhir di dataran tinggi Kan’an. Setelah menetap di Kan’an inilah mereka lebih suka disebut bangsa Israel atau Yahudi.
Kaum Yahudi atau Israel layaknya dua mata sisi uang yang tidak dapat dipisahkan. Banyak orang menisbatkan kaum Yahudi lebih dari sekedar perkumpulan secara geografis atau batas teritorial. Cikal bakal lahirnya kaum Yahudi memiliki banyak versi. Versi yang populer dan terpercaya mengatakan bahwa kaum Yahudi adalah keturunan Ibrahim. Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita yang bernama Hajar (Hagar). Bersama Hajar, Nabi Ibrahim mendapatkan seorang anak yang dinamai Ismail (Ismael). Sedangkan Sarah, nabi Ibrahim mempunyai anak yang bernama Ishak setelah empat belas tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishak menikah dengan Rifqo binti Batwail (Ribka anak Betuel cucu Nahor) pada usia empat puluh tahun. Pernikahan tersebut menghasilkan anak kembar yang diberi nama ‘Aishu dan Yakub.
Sebutan Yahudi ditunjukkan pada salah satu putra Nabi Yakub, yaitu Yahuda bin Yakub. Dia merupakan salah satu dari dua belas putra Yakub. Beberapa putra lainnya adalah Ruben, Simeon, Lewi Yehuda, Iskandar, Zebulon, Yusuf (Joseph), Benyamin, Dan, Naftail, Gad dan Asyer. Dari sekian banyak anak tersebut, yang paling disayangi dan dicintai oleh Yakub adalah Yusuf. Kecintaan yang berlebihan dibanding anak yang lain membuat cemburu saudara-saudaranya cemburu, sehingga mereka bersepakat untuk membuang Yusuf ke dalam sumur. Kemudian Yusuf ditemukan oleh musafir dan dijadikan sebagai barang dagangan. Yusuf pun dibeli oleh penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di Mesir inilah, Yusuf menjadi sosok yang sukses sehingga ia mengajak saudara dan ayahnya untuk bersama-sama tinggal di negeri Mesir.
Pada tahun 1600 SM keluarga Nabi Yakub pindah ke Mesir. Mereka hidup dimasa kekuasaan Fir’aun (Pharaoh) ke-16, bernama Fotivar. Di negeri rantauan Mesir, Yakub meninggal dalam usia 147 tahun. Namun, ia dikuburkan di Hebron (Palestina) atau Kan’an, berdampingan dengan makam Ibrahim dan Nabi Ishak. Peristiwa ini menandai gerak perpindahan pertama leluhur bangsa Israel dari Palestina ke Mesir. Di Mesir mereka beranak pinak, mereka diperkirakan berjumlah sekitar 70 jiwa itu membentuk dan menjaga keutuhan anak keturunan keluarga Yakub bin Ishak. Hal ini disebabkan negeri Mesir merupakan tanah milik bangsa lain. Oleh karena itulah, mereka mulai memerlukan, kemudian menemukan dan membentuk identitas Keisraelan yang kelak dikenal dengan bangsa Yahudi. Yusuf telah memberikan perlindungan serta jaminan keamanan politik terhadap mereka. Setelah melalui lobi Yusuf kepada Fir’aun, bangsa Israel memperoleh tanah subur di derah padang pasir di daerah Jasan. Di sana mereka membangun pemukiman dan beternak kambing. Setelah beberapa puluh tahun berlalu, mereka terhitung berhasil dan memperoleh kemakmuran di bidang ekonomi. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan jumlah populasi anggota keluarga Israel. Mereka lambat laun berhasil membentuk suatu pemukiman besar keluarga Israel, sebuah masyarakat yang sebenarnya asing di Mesir.
Kurang lebih pada tahun 1689 SM, Nabi Yakub wafat dan pada tahun 1635 SM, Nabi Yusuf juga wafat. Sepeninggal Yusuf, bangsa Israel dihadapkan kepada masalah besar. Bahkan kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa asing mulai terancam. Munculnya masalah di tengah bangsa Israel tidak lepas karena dari mereka sendiri. Di masa itu, mereka telah mencapai kesuksesan ekonomi sehingga mulai terjadi gesekan dengan bangsa Mesir. Mereka cenderung hidup tertutup dan tidak mau belajar beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, Fir’aun Ramses II pernah mengeluarkan  kebijakan paksa terhadap perempuan Israel setelah laki-laki Israel dibunuh secara massal agar dinikahkan oleh laki-laki bangsa Mesir. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memesirkan bangsa Israel, inilah genosida/pogrom pertama yang dirasakan bangsa Yahudi.
Walaupun begitu, keturunan bangsa Israel tetap tinggal di Mesir selama kurang lebih tiga ratus tahun. Hanya saja, ketika Mesir berada dalam genggaman pemimpin yang menindas bangsa Israel. Dalam keadaan tersebut, maka lahirlah Musa (Moses) yang nanti pada akhirnya memimpin dan mengajak bangsa Israel lepas dari Fir’aun. Tujuan dari hijrahnya Musa dan Bani Israel ini tak lain adalah untuk memberikan ruang bagi Bani Israel untuk bebas dari gangguan Fir’aun Ramses. Lalu pindahlah mereka ke daerah yang mereka namakan tempat hijrahnya sebagai Palestina. Persepsi seperti ini banyak dipegang oleh kalangan kaum Yahudi sendiri. Musa (Moses)  berhasil membawa dan mengumpulkan sebanyak 603.500 orang melewati kejaran Fir’aun Ramses II. Jumlah tersebut terdapat sebagian kecil bangsa lain yang bukan Israel yang juga ikut yang turut menjadi korban Fir’aun Ramses II. Tetapi walaupun sesudah Musa membawa bangsa Israel keluar Mesir dan menuju Palestina, bangsa Yahudi belum memasuki daerah tersebut. Lalu Musa memimpin bangsa Israel untuk menguasai dan memerangi penduduk Kan’an (Palestina) dan Khissani. Usaha mereka tidak membuahkan hasil sampai 40 tahun terlunta-lunta di Padang Tiih. Pada waktu tersebutlah Musa wafat. Musa dimakamkan di Katsih Ahmar atau gunung Moab.

Zaman Kerajaan Israel di Palestina

Setelah 40 tahun berlalu, tampilah seorang Israel bernama Yusya bin Nun (Joshua). Ia adalah murid kepercayaan Musa. Yusya memperoleh amanat untuk menyelamatkan bangsa Israel keluar dari Padang Tiih untuk meneruskan perjalanan ke Palestina. Di sekitar tepian sungai Yordan, Yusya memimpin pertempuran bangsa Israel untuk menguasai Kan’an-Palestina. Dalam pertempuran tersebut, mereka berhasil mengalahkan penduduk asli Kan’an dan Khissani. Untuk pertamakali, bangsa Israel menjadi bangsa penakluk. Mereka juga berhasil mendapatkan daerah di kota Ai, Hebron, Debir, Anab dan daerah-daerah di pegunungan Yehuda.
Di negeri Palestina inilah, bangsa Israel mulai membangun kembali kehidupan baru. Mereka membangun kawasan pemukiman 12 suku berasal dari Keturunan Yakub. Mereka telah bebas dari perbudakan di negeri Mesir dan pengasingan di padang pasir. Setelah memasuki dan menguasai Palestina, tidak lama Yusya wafat. Setelah dua abad kemudian, bangsa Israel harus menghadapi aksi balas dendam dari bangsa asli penghuni Palestina. Di antara para pemimpin bangsa Israel masa itu adalah Gideon, Deborah dan Samson. Pada masa tersebut terjadi kekacauan dan perang berkepanjangan. Bangsa Israel berada dalam masa kegelapan dan kemunduran. Mereka diserang oleh musuh-musuhnya seperti kaum al-Malik, Filistin dan bangsa Romawi. Dalam peperangan, bangsa Israel mengalami banyak kekalahan sehingga posisi mereka semakin melemah. Bangsa Israel sekali lagi harus tertindas dan menderita. Itu semua karena ketiadaan pemimpin seperti Musa. Sebelum muncul Daud, bangsa Israil sudah dipimpin oleh Samuel, yaitu nabi dari kalangan mereka sendiri. Mereka meminta Samuel untuk mengangkat seorang raja. Sehingga Samuel mengangkat Thalut sebagai raja bangsa Israel. Namun, bangsa Israel menolak. Di tengah berbagai masalah tersebut, saat itulah muncul seorang pemuda Israel bernama Daud (David). Kehadiran Daud benar-benar telah menyelamatkan bangsa Israel dari keterpurukan. Pada masa Daud lah, bangsa Israel beserta kerajaan Israel mengembangkan semangat perdamaian serta berbagai usaha pembangunan di Palestina.
Setelah kemangkatan Daud, Sulaiman (Solomon) menduduki tahta kerajaan bangsa Israel. Sebagaimana Musa, Daud, Sulaiman adalah seorang raja sekaligus Nabi bangsa Israel. Di masa Sulaiman berkuasa, bangsa Israel benar-benar mengalami puncak kejayaan . Kekuasaan bangsa Israel pun bertambah luas dan membentang ke negeri Saba, Yaman di semenanjung Arab bagian selatan. Sulaiman membawa banyak perubahan bagi kaum Israel. Kaum keturunan Israel (Yahudi), hidup penuh dengan kedamaian di tanah air mereka (Palestina). Sepeninggal Sulaiman, pamor kerajaan bangsa Israel mulai redup dan kehilangan peran dalam panggung politik. Sehingga pada tahun 850 SM, kerajaan besar Sulaiman mulai runtuh dan terpecah menjadi dua kerajaan kecil. Kerajaan Yehuda di utara negeri Kan’an-Palestina yang beribu kota Yerusalem dan di sebelah selatan Kerajaan Israel yang beribu kota di Shakem.
Pada tahun 738 SM, Tighlat-Pileser dari Kerajaan Asyur melakukan serangan ke daerah kekuasaan kerajaan Israel. Dalam serangan tersebut, kerajaan Israel mengalami kekalahan besar. Tighlat-Pileser telah menguasai kerajaan Israel, meskipun tidak membunuh sang Raja. Mulai saat itu, kerajaan Asyur menakklukan kerajaan Isarel. Pada tahun 608 SM Fir’aun mengobarkan perang melawan Asyur. Pasukan Mesir berhasil mengalahkan Asyur. Setelah menaklukan kerajaan Israel di selatan, Fir’aun meneruskan serangan ke kerajaan Yehuda di utara. Selain itu kerajaan Yehuda merasa bingung karena selain kerajaan Mesir, mereka harus dikejutkan dengan bangkitnya kerajaan Babel.
Pada tahun 597 SM, Raja Nebukadnezar dari Babel mengalahkan tentara Mesir di Palestina. Pasukan Babel berhasil menghancurkan dan mengalahkan pasukan Fir’aun di bekas kerajaan Israel. Raja Nebukadnezar terus melakukan serangan ke utara dan menghancurkan kerajaan Yehuda. Nebukadnezar menjadi raja paling ganas melakukan serangan atas bangsa Israel. Kota Yerusalem hancur, sejumlah sinagog termasuk tempat ibadah masa Sulaiman serta Haikalnya telah rata dengan tanah. Berlalu waktu, pada tahun 539 SM Kisra Qurisy dari kerajaan Persia mengalahkan kerajaan Babel. Ia membolehkan dan memberikan kebebasan pada bangsa Israel untuk kembali ke negeri Kan’an-Palestina. Pada masa inilah bangsa Israel membangun kembali kehidupan mereka.
Pada tahun 332 SM, kaisar Alexander Agung dari Macedonia mengalahkan Persia. Lalu pada tahun 63 SM,bangsa Romawi mulai mengambil alih kerajaan Macedonia dan sisa kerajaan Persia. Pada masa itulah, bangsa Romawi menguasai penuh Palestina. Bangsa Israel tidak lagi sanggup berperang dan kehidupan politiknya bergantung kepada bangsa lain . Untuk kesekian kalinya bangsa Israel mengalami penindasan, sebagaimana mereka merasakan di Mesir. Kekaisaran Romawi membuat bangsa Israel menderita baik lahir maupun batin. Sejak Romawi menguasai bangsa Yahudi Israel, mereka untuk kedua kalinya harus mengalami nasib serupa seperti yang pernah dulu dialami seperti saat dibawah Firaun.
Awal Mula Ketercerai-beraian bangsa Yahudi Israel

Tahun 66 M di Palestina timbul pemberontakan oleh orang – orang Yahudi . Pada tahun 67 M Raja Romawi pada saat itu Titus, membantai puluhan ribu orang – orang Yahudi untuk memadamkan pemberontakan. Setelah pemberontakan orang Yahudi terhadap penguasa Romawi gagal, pengungsian besar-besaran bangsa Yahudi terjadi lagi pada tahun 67 M sampai tahun 70 M . Pada tahun 70 M penguasa Romawi di Palestina memusnahkan Baitul Maqdis (Yerusalem). Kemudian raja mengeluarkan peraturan melarang orang Yahudi berdiam di Yerusalem, sehingga menimbulkan tersebarnya bangsa Yahudi ke penjuru dunia. Pengungsian orang-orang Yahudi berulang kembali pada masa kekuasaan kerajaan Romawi.
Menurut Donny Rickyanto (2009: 19), bangsa Yahudi yang tersebar di dunia dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.      Golongan pertama bangsa Yahudi yang tinggal di menetap di Rhineland, Jerman yang pada abad pertengahan menyebar setelah Perang Salib, terutama Rusia dan negara-negara Eropa Timur yang disebut juga golongan Ashkenazi.
2.      Golongan kedua yang berasal dari Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis), Mereka disebut Yahudi Sephardi.
3.      Golongan ketiga adalah yang tinggal dan berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara, yang disebut sebagai Yahudi Mizrahi.
Golongan Mizrahi berbahasa dan berbudaya Arab, mereka mengalami perlakuan yang sama oleh penguasa setempat. Nasib mereka adalah baik sekali dan mereka bebas menjalankan ibadah dan syariat agamanya, karena dianggap oleh orang-orang Islam sebagai “Ahli Kitab”.
Orang – Orang Yahudi yang tinggal di benua Amerika dan Eropa Barat pada akhir abad ke 19 telah mencapai taraf emansipasi dengan orang-orang Eropa Barat dan Amerika . Mereka memiliki hak dan kewajiban  yang sama. Umumnya mereka terdiri dari orang – orang yang memiliki kapital yang besar dan juga berasimilasi  dengan penduduk asli .  Mereka yang tinggal di Eropa Timur, nasib mereka kurang baik. Nasib kurang beruntung yang mereka alami adalah hanya sebagian akibat dari kekurangsabaran dan kurang rasa kesetiaan mereka kepada penguasa tempat mereka berdiam
Pada tahun 637 M, pasukan Islam yang dikomando oleh Khalid bin Walid atas perintah dari Khalifah Umar bin Khattab   menakklukan Yerusalem. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya pengaruh dan kekuasaan dari kerajaan Romawi di kota tersebut. Sehingga Yerusalem berada dibawah kendali kaum Muslimin sampai runtuhnya Turki Utsmani tahun 1924 setelah terjadinya  Perang Dunia Pertama.

Sumber:
Bakar, Abu. 2008. Berebut Tanah Suci Palestina. Yogyakarta: Insan Madani.
Muhammad, Najamuddin. 2014. Sejarah Konflik & Peperangan Kaum Yahudi. Yogyakarta: Buku Biru.
Chehab, Chefik. 1980. Sejarah Tragedi Palestina. Jakarta: Kedutaan Besar Arab Saudi.
Rickyato, Donny. 2009. Yahudi Dalang Perang Dunia I&II. Yogyakarta: Milestone.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KERAJAAN MARITIM HINDU-BUDHA DI INDONESIA (HABIS)

6. Kerajaan Kediri Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222....