Awal Mula Nenek Moyang Bangsa Yahudi
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, etnisitas, atau
suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada sebuah umat yang
beragama Yahudi. Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa
yang berasal dari keturunan Eber atau yang disebut “Ibrani” atau Yakub (yang
juga bernama “Israel”) anak Ishak dan cucu Ibrahim (Abraham) atau keturunan
Suku Yehuda yang berasal dari jalur keturunan Yehuda anak Yakub yang kalau
dirunut masih keturunan dari Nabi Ibrahim atau bernama lain Abraham.
Bangsa Yahudi atau Israel merupakan cabang rumpun keluarga Semit. Rumpun
lain keluarga Semit adalah bangsa Babilonia, Abbisinia, Kaldea, Assiria,
Aramia, Phoenesia, dan Arab. Semit adalah saudara dari Ham, leluhur
bangsa-bangsa Afrika yang juga bersaudara dengan Yaphet, anak tertua Nabi Nuh
(Noah) yang menjadi leluhur bangsa Eropa. Dibandingkan Ibrani atau Israel,
bangsa Arab merupakan rumpun keluarga paing kentara identitas Semit-nya, baik
dari segi bahasa, ciri-ciri fisik, maupun budaya. Namun, istilah Anti Semit,
yang muncul di belahan benua Eropa dan Amerika, lebih dimaksudkan sebagai
kebencian terhadap bangsa Israel-Yahudi, tidak meliputi Abbisinia, Arab dan
lainnya. Bangsa-bangsa Semit ini mendiami daerah-daerah di Kawasan Timur
Tengah, terutama di daerah “Bulan Sabit Subur”. Pada masa sekarang mereka
adalah penduduk, Arab Saudi, Irak, Suriah, Lebanon, Yordania, Mesir, serta
Israel dan negara lainnya di sekitarnya.
Bangsa Yahudi atau Israel juga dikenal dengan nama Ibrani, Ibri dan Hebrew.
Menurut sejumlah ahli sejarah, Ibrani berasal dari bahasa Arab “abara”, yang
berarti melakukan perjalanan melalui lembah atau sungai. Para sarjana telah
bersepakat bahwa nama Ibrani merujuk pada sebuah rumpun keluarga anak keturunan
Nabi Ibrahim. Alasannya, salah satu anak Ibrahim beserta keluarganya gemar
melakukan pengembaraan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui arti itulah,
Ibrani memiliki kesejajaran makna dengan Badui di gurun pasir. Dikisahkan
pengembaraan mereka berakhir di dataran tinggi Kan’an. Setelah menetap di
Kan’an inilah mereka lebih suka disebut bangsa Israel atau Yahudi.
Kaum Yahudi atau Israel layaknya dua mata sisi uang yang tidak dapat
dipisahkan. Banyak orang menisbatkan kaum Yahudi lebih dari sekedar perkumpulan
secara geografis atau batas teritorial. Cikal bakal lahirnya kaum Yahudi
memiliki banyak versi. Versi yang populer dan terpercaya mengatakan bahwa kaum
Yahudi adalah keturunan Ibrahim. Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita
yang bernama Hajar (Hagar). Bersama Hajar, Nabi Ibrahim mendapatkan seorang
anak yang dinamai Ismail (Ismael). Sedangkan Sarah, nabi Ibrahim mempunyai anak
yang bernama Ishak setelah empat belas tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishak
menikah dengan Rifqo binti Batwail (Ribka anak Betuel cucu Nahor) pada usia
empat puluh tahun. Pernikahan tersebut menghasilkan anak kembar yang diberi
nama ‘Aishu dan Yakub.
Sebutan Yahudi ditunjukkan pada salah satu putra Nabi Yakub, yaitu Yahuda
bin Yakub. Dia merupakan salah satu dari dua belas putra Yakub. Beberapa putra
lainnya adalah Ruben, Simeon, Lewi Yehuda, Iskandar, Zebulon, Yusuf (Joseph),
Benyamin, Dan, Naftail, Gad dan Asyer. Dari sekian banyak anak tersebut, yang
paling disayangi dan dicintai oleh Yakub adalah Yusuf. Kecintaan yang
berlebihan dibanding anak yang lain membuat cemburu saudara-saudaranya cemburu,
sehingga mereka bersepakat untuk membuang Yusuf ke dalam sumur. Kemudian Yusuf
ditemukan oleh musafir dan dijadikan sebagai barang dagangan. Yusuf pun dibeli
oleh penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di Mesir inilah, Yusuf
menjadi sosok yang sukses sehingga ia mengajak saudara dan ayahnya untuk bersama-sama
tinggal di negeri Mesir.
Pada tahun 1600 SM keluarga Nabi Yakub pindah ke Mesir. Mereka hidup dimasa
kekuasaan Fir’aun (Pharaoh) ke-16, bernama Fotivar. Di negeri rantauan Mesir,
Yakub meninggal dalam usia 147 tahun. Namun, ia dikuburkan di Hebron
(Palestina) atau Kan’an, berdampingan dengan makam Ibrahim dan Nabi Ishak.
Peristiwa ini menandai gerak perpindahan pertama leluhur bangsa Israel dari
Palestina ke Mesir. Di Mesir mereka beranak pinak, mereka diperkirakan
berjumlah sekitar 70 jiwa itu membentuk dan menjaga keutuhan anak keturunan
keluarga Yakub bin Ishak. Hal ini disebabkan negeri Mesir merupakan tanah milik
bangsa lain. Oleh karena itulah, mereka mulai memerlukan, kemudian menemukan
dan membentuk identitas Keisraelan yang kelak dikenal dengan bangsa Yahudi.
Yusuf telah memberikan perlindungan serta jaminan keamanan politik terhadap
mereka. Setelah melalui lobi Yusuf kepada Fir’aun, bangsa Israel memperoleh
tanah subur di derah padang pasir di daerah Jasan. Di sana mereka membangun
pemukiman dan beternak kambing. Setelah beberapa puluh tahun berlalu, mereka
terhitung berhasil dan memperoleh kemakmuran di bidang ekonomi. Hal ini juga
diiringi dengan peningkatan jumlah populasi anggota keluarga Israel. Mereka
lambat laun berhasil membentuk suatu pemukiman besar keluarga Israel, sebuah
masyarakat yang sebenarnya asing di Mesir.
Kurang lebih pada tahun 1689 SM, Nabi Yakub wafat dan pada tahun 1635 SM,
Nabi Yusuf juga wafat. Sepeninggal Yusuf, bangsa Israel dihadapkan kepada
masalah besar. Bahkan kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa asing mulai
terancam. Munculnya masalah di tengah bangsa Israel tidak lepas karena dari
mereka sendiri. Di masa itu, mereka telah mencapai kesuksesan ekonomi sehingga
mulai terjadi gesekan dengan bangsa Mesir. Mereka cenderung hidup tertutup dan
tidak mau belajar beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab
itu, Fir’aun Ramses II pernah mengeluarkan
kebijakan paksa terhadap perempuan Israel setelah laki-laki Israel
dibunuh secara massal agar dinikahkan oleh laki-laki bangsa Mesir. Kebijakan
ini dimaksudkan untuk memesirkan bangsa Israel, inilah genosida/pogrom pertama
yang dirasakan bangsa Yahudi.
Walaupun begitu, keturunan bangsa Israel tetap tinggal di Mesir selama
kurang lebih tiga ratus tahun. Hanya saja, ketika Mesir berada dalam genggaman
pemimpin yang menindas bangsa Israel. Dalam keadaan tersebut, maka lahirlah
Musa (Moses) yang nanti pada akhirnya memimpin dan mengajak bangsa Israel lepas
dari Fir’aun. Tujuan dari hijrahnya Musa dan Bani Israel ini tak lain adalah
untuk memberikan ruang bagi Bani Israel untuk bebas dari gangguan Fir’aun
Ramses. Lalu pindahlah mereka ke daerah yang mereka namakan tempat hijrahnya
sebagai Palestina. Persepsi seperti ini banyak dipegang oleh kalangan kaum
Yahudi sendiri. Musa (Moses) berhasil
membawa dan mengumpulkan sebanyak 603.500 orang melewati kejaran Fir’aun Ramses
II. Jumlah tersebut terdapat sebagian kecil bangsa lain yang bukan Israel yang
juga ikut yang turut menjadi korban Fir’aun Ramses II. Tetapi walaupun sesudah
Musa membawa bangsa Israel keluar Mesir dan menuju Palestina, bangsa Yahudi
belum memasuki daerah tersebut. Lalu Musa memimpin bangsa Israel untuk
menguasai dan memerangi penduduk Kan’an (Palestina) dan Khissani. Usaha mereka
tidak membuahkan hasil sampai 40 tahun terlunta-lunta di Padang Tiih. Pada
waktu tersebutlah Musa wafat. Musa dimakamkan di Katsih Ahmar atau gunung Moab.
Zaman Kerajaan Israel di Palestina
Setelah 40 tahun berlalu, tampilah seorang Israel bernama Yusya bin Nun
(Joshua). Ia adalah murid kepercayaan Musa. Yusya memperoleh amanat untuk
menyelamatkan bangsa Israel keluar dari Padang Tiih untuk meneruskan perjalanan
ke Palestina. Di sekitar tepian sungai Yordan, Yusya memimpin pertempuran
bangsa Israel untuk menguasai Kan’an-Palestina. Dalam pertempuran tersebut,
mereka berhasil mengalahkan penduduk asli Kan’an dan Khissani. Untuk
pertamakali, bangsa Israel menjadi bangsa penakluk. Mereka juga berhasil
mendapatkan daerah di kota Ai, Hebron, Debir, Anab dan daerah-daerah di
pegunungan Yehuda.
Di negeri Palestina inilah, bangsa Israel mulai membangun kembali kehidupan
baru. Mereka membangun kawasan pemukiman 12 suku berasal dari Keturunan Yakub.
Mereka telah bebas dari perbudakan di negeri Mesir dan pengasingan di padang
pasir. Setelah memasuki dan menguasai Palestina, tidak lama Yusya wafat.
Setelah dua abad kemudian, bangsa Israel harus menghadapi aksi balas dendam
dari bangsa asli penghuni Palestina. Di antara para pemimpin bangsa Israel masa
itu adalah Gideon, Deborah dan Samson. Pada masa tersebut terjadi kekacauan dan
perang berkepanjangan. Bangsa Israel berada dalam masa kegelapan dan
kemunduran. Mereka diserang oleh musuh-musuhnya seperti kaum al-Malik, Filistin
dan bangsa Romawi. Dalam peperangan, bangsa Israel mengalami banyak kekalahan
sehingga posisi mereka semakin melemah. Bangsa Israel sekali lagi harus tertindas
dan menderita. Itu semua karena ketiadaan pemimpin seperti Musa. Sebelum muncul
Daud, bangsa Israil sudah dipimpin oleh Samuel, yaitu nabi dari kalangan mereka
sendiri. Mereka meminta Samuel untuk mengangkat seorang raja. Sehingga Samuel
mengangkat Thalut sebagai raja bangsa Israel. Namun, bangsa Israel menolak. Di
tengah berbagai masalah tersebut, saat itulah muncul seorang pemuda Israel
bernama Daud (David). Kehadiran Daud benar-benar telah menyelamatkan bangsa
Israel dari keterpurukan. Pada masa Daud lah, bangsa Israel beserta kerajaan
Israel mengembangkan semangat perdamaian serta berbagai usaha pembangunan di
Palestina.
Setelah kemangkatan Daud, Sulaiman (Solomon) menduduki tahta kerajaan
bangsa Israel. Sebagaimana Musa, Daud, Sulaiman adalah seorang raja sekaligus
Nabi bangsa Israel. Di masa Sulaiman berkuasa, bangsa Israel benar-benar
mengalami puncak kejayaan . Kekuasaan bangsa Israel pun bertambah luas dan
membentang ke negeri Saba, Yaman di semenanjung Arab bagian selatan. Sulaiman
membawa banyak perubahan bagi kaum Israel. Kaum keturunan Israel (Yahudi),
hidup penuh dengan kedamaian di tanah air mereka (Palestina). Sepeninggal
Sulaiman, pamor kerajaan bangsa Israel mulai redup dan kehilangan peran dalam
panggung politik. Sehingga pada tahun 850 SM, kerajaan besar Sulaiman mulai
runtuh dan terpecah menjadi dua kerajaan kecil. Kerajaan Yehuda di utara negeri
Kan’an-Palestina yang beribu kota Yerusalem dan di sebelah selatan Kerajaan Israel
yang beribu kota di Shakem.
Pada tahun 738 SM, Tighlat-Pileser dari Kerajaan Asyur melakukan serangan
ke daerah kekuasaan kerajaan Israel. Dalam serangan tersebut, kerajaan Israel
mengalami kekalahan besar. Tighlat-Pileser telah menguasai kerajaan Israel,
meskipun tidak membunuh sang Raja. Mulai saat itu, kerajaan Asyur menakklukan
kerajaan Isarel. Pada tahun 608 SM Fir’aun mengobarkan perang melawan Asyur.
Pasukan Mesir berhasil mengalahkan Asyur. Setelah menaklukan kerajaan Israel di
selatan, Fir’aun meneruskan serangan ke kerajaan Yehuda di utara. Selain itu
kerajaan Yehuda merasa bingung karena selain kerajaan Mesir, mereka harus
dikejutkan dengan bangkitnya kerajaan Babel.
Pada tahun 597 SM, Raja Nebukadnezar dari Babel mengalahkan tentara Mesir
di Palestina. Pasukan Babel berhasil menghancurkan dan mengalahkan pasukan
Fir’aun di bekas kerajaan Israel. Raja Nebukadnezar terus melakukan serangan ke
utara dan menghancurkan kerajaan Yehuda. Nebukadnezar menjadi raja paling ganas
melakukan serangan atas bangsa Israel. Kota Yerusalem hancur, sejumlah sinagog
termasuk tempat ibadah masa Sulaiman serta Haikalnya telah rata dengan tanah.
Berlalu waktu, pada tahun 539 SM Kisra Qurisy dari kerajaan Persia mengalahkan
kerajaan Babel. Ia membolehkan dan memberikan kebebasan pada bangsa Israel
untuk kembali ke negeri Kan’an-Palestina. Pada masa inilah bangsa Israel
membangun kembali kehidupan mereka.
Pada
tahun 332 SM, kaisar Alexander Agung dari Macedonia mengalahkan Persia. Lalu
pada tahun 63 SM,bangsa Romawi mulai mengambil alih kerajaan Macedonia dan sisa
kerajaan Persia. Pada masa itulah, bangsa Romawi menguasai penuh Palestina.
Bangsa Israel tidak lagi sanggup berperang dan kehidupan politiknya bergantung
kepada bangsa lain . Untuk kesekian kalinya bangsa Israel mengalami penindasan,
sebagaimana mereka merasakan di Mesir. Kekaisaran Romawi membuat bangsa Israel
menderita baik lahir maupun batin. Sejak Romawi menguasai bangsa Yahudi Israel,
mereka untuk kedua kalinya harus mengalami nasib serupa seperti yang pernah
dulu dialami seperti saat dibawah Firaun.
Awal Mula Ketercerai-beraian bangsa Yahudi Israel
Tahun 66 M di Palestina timbul
pemberontakan oleh orang – orang Yahudi . Pada tahun 67 M Raja Romawi pada saat
itu Titus, membantai puluhan ribu orang – orang Yahudi untuk memadamkan
pemberontakan. Setelah pemberontakan orang Yahudi terhadap penguasa Romawi
gagal, pengungsian besar-besaran bangsa Yahudi terjadi lagi pada tahun 67 M sampai tahun 70 M . Pada tahun 70 M penguasa Romawi di
Palestina memusnahkan Baitul Maqdis (Yerusalem). Kemudian raja mengeluarkan
peraturan melarang orang Yahudi berdiam di Yerusalem, sehingga menimbulkan
tersebarnya bangsa Yahudi ke penjuru dunia. Pengungsian orang-orang Yahudi
berulang kembali pada masa kekuasaan kerajaan Romawi.
Menurut Donny Rickyanto (2009:
19), bangsa Yahudi yang tersebar di dunia dapat digolongkan dalam tiga kelompok
besar yaitu :
1.
Golongan
pertama bangsa Yahudi yang tinggal di menetap di Rhineland, Jerman yang pada
abad pertengahan menyebar setelah Perang Salib, terutama Rusia dan
negara-negara Eropa Timur yang disebut juga golongan Ashkenazi.
2.
Golongan
kedua yang berasal dari Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis), Mereka
disebut Yahudi Sephardi.
3.
Golongan
ketiga adalah yang tinggal dan berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara, yang
disebut sebagai Yahudi Mizrahi.
Golongan Mizrahi berbahasa dan
berbudaya Arab, mereka mengalami perlakuan yang sama oleh penguasa setempat.
Nasib mereka adalah baik sekali dan mereka bebas menjalankan ibadah dan syariat
agamanya, karena dianggap oleh orang-orang Islam sebagai “Ahli Kitab”.
Orang – Orang Yahudi yang
tinggal di benua Amerika dan Eropa Barat pada akhir abad ke 19 telah mencapai
taraf emansipasi dengan orang-orang Eropa Barat dan Amerika . Mereka memiliki
hak dan kewajiban yang sama. Umumnya
mereka terdiri dari orang – orang yang memiliki kapital yang besar dan juga
berasimilasi dengan penduduk asli . Mereka yang tinggal di Eropa Timur, nasib
mereka kurang baik. Nasib kurang beruntung yang mereka alami adalah hanya
sebagian akibat dari kekurangsabaran dan kurang rasa kesetiaan mereka kepada
penguasa tempat mereka berdiam
Pada tahun 637 M, pasukan Islam
yang dikomando oleh Khalid bin Walid atas perintah dari Khalifah Umar bin
Khattab menakklukan Yerusalem.
Peristiwa tersebut menandai berakhirnya pengaruh dan kekuasaan dari kerajaan
Romawi di kota tersebut. Sehingga Yerusalem berada dibawah kendali kaum
Muslimin sampai runtuhnya Turki Utsmani tahun 1924 setelah terjadinya Perang Dunia Pertama.
Sumber:
Bakar, Abu. 2008. Berebut Tanah Suci
Palestina. Yogyakarta: Insan Madani.
Muhammad, Najamuddin. 2014. Sejarah Konflik & Peperangan Kaum Yahudi. Yogyakarta: Buku
Biru.
Chehab, Chefik. 1980. Sejarah Tragedi
Palestina. Jakarta: Kedutaan Besar Arab Saudi.
Rickyato, Donny. 2009. Yahudi Dalang Perang Dunia I&II. Yogyakarta: Milestone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar